KITA
semua pernah berada dalam kondisi terburu-buru, mungkin terburu-buru
mengejar kereta, menemui orang yang sudah membuat janji dengan kita,
membesuk orang sakit, atau mengejar jam tayang bioskop.
Ketika
ketergesa-gesaan itu terjadi di gedung umum, misalnya, kita sering
memutuskan untuk menggunakan tangga berjalan alias eskalator. Bahkan,
saking terburu-burunya, di eskalator pun kita berjalan setengah berlari
sehingga langkah semakin cepat.
Namun banyak di antara kita yang
merasa kesal karena tidak bisa berjalan cepat di atas eskalator.
Pasalnya, ada orang lain di depan kita menutupi jalan, baik di sisi kiri
maupun sisi kanan. Lebih kesal lagi kalau orang yang di depan kita itu
mengobrol cengengesan. Kita jadi tidak bisa berjalan cepat di atas tangga berjalan itu.
Di negara-negara lain ada etika memanfaatkan eskalator. Di Inggris misalnya, jutaan komuter menggunakan kereta bawah tanah (tube)
setiap harinya. Ketika menuruni atau menaiki eskalator stasiun bawah
tanah, mereka berdiri di sisi kiri. Sisi kanan dibiarkan kosong untuk
memberi kesempatan kepada mereka yang terburu-buru.
Etika menggunakan
eskalator tidak hanya terlihat di simpul-simpul transportasi. Di
supermarket, mal, kantor pemerintah, kantor pelayanan publik, hingga
kampus etika eskalator ini terlihat. Sisi kiri eskalator berisi
orang-orang yang santai. Di sisi kanan selalu ada orang yang setengah
berlari. Kalau ada orang santai tapi berdiri di sisi kanan, boleh jadi
dia akan ditegur satpam setempat atau disindir oleh pengguna lainnya.
Di
Indonesia, belum ada etika seperti itu. Padahal di negeri ini juga ada
orang yang santai, dan ada orang yang terburu-buru, atau paling tidak,
orang yang suka berjalan cepat. Karena itu sudah saatnya para pengelola
gedung menerapkan etika ini. Stasiun kereta, mal, gedung pemerintah,
atau tempat-tempat lain yang memiliki eskalator hendaknya memulainya
dengan menentukan "jalur cepat" dan "jalur lambat". Ada baiknya juga di
awal eskalator dipasang tulisan,"Berdirilah di kiri."
Sepertinya hal
ini sepele. Tetapi makna di balik etika ini adalah bahwa kita harus
menghormati dan menolong mereka yang mengalami kesempitan waktu. Siapa
tahu memang mereka sedang memelihara kondite agar tidak terlambat
bekerja. Kalau kita menghalangi mereka, berarti kita menghalangi mereka
yang ingin menunaikan janji. Siapa tahu mereka sedang mengejar waktu
karena ada keluarganya yang sakit. Kalau kita menghalangi mereka,
berarti kita mengganggu tali silaturahmi mereka. Siapa tahu mereka
ketinggalan barang penting, dan lain-lain.
Jadi, dengan sedikit bergeser ke kiri, kita memeberi kemudahan. Tidak sepele bukan?***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar